Kajian
Studi Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku Warga Kecamatan Coblong, Kota Bandung dalam Menyikapi Sampah Rumah Tangga terhadap Akumulasi Sampah Rumah Tangga
Jumat, 8 Januari 2016 | 12:00:00 WIB - Jumlah Dilihat: 1534
 
 

Tim penulis:
Pratiwi, Candra Setya Nugroho

Tahun:
2015

Lokus:
Pemerintah Daerah Kota Bandung

ABSTRAK

Dewasa ini, banyak pemerintah daerah yang melakukan inovasi dalam rangka mengakselerasi kinerja pelayanan publik yang mereka laksanakan. Pemerintah Kota Bandung merupakan salah satu yang telah melaksanakan banyak inovasi pemerintahan. Inovasi dalam pelayanan publik dapat berjalan lancar dan tepat sasaran jika ada interaksi antara pemerintah sebagai inisiator inovasi pelayanan publik dan masyarakat sebagai subjek inovasi. Inovasi pemerintah daerah kerapkali diinisiasi oleh sejumlah permasalahan. Dalam konteks Kota Bandung, beberapa inovasi pemerintahan difokuskan pada tiga permasalahan utama Kota Bandung yakni sampah, kemacetan dan banjir. Penelitian ini dilakukan untuk menelisik kesiapan warga dalam rangka inovasi pemerintah di bidang persampahan.

Penelitian yang berjudul Studi Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku Warga Kecamatan Coblong, Kota Bandung dalam Menyikapi Sampah Rumah Tangga terhadap Akumulasi Sampah Rumah Tangga ini bertujuan memberikan gambaran empiris perilaku warga di Kecamatan Coblong dalam pengelolaan sampah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengidentifikasi kebutuhan partisipasi warga.

Pada 2014 volume sampah di Kota Bandung meningkat 100 ton lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 1600 ton sampah per hari di Kota Bandung pada 2014, hanya 75% yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sisanya 13% diolah warga dan 12 % dibiarkan tidak terangkut. Salah satu kendala dalam pengelolaan sampah di Kota adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur truk pengangkut sampah. Sementara itu 66 % total volume sampah di Kota Bandung berasal dari pemukiman. Maka itu, inovasi pengelolaan sampah partisipatoris dengan melibatkan warga pemukiman menjadi hal yang tidak dapat dielakan untuk diterapkan di Kota Bandung. 

Sampah kini bukan menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga perlu dukungan dari masyarakat dalam pengelolaannya. Pola kelola sampah yang membuang dari satu tempat ke tempat lain tebukti menimbulkan permasalahan baru. Manusia sebagai penyebab timbunan sampah hendaknya bertanggungjawab atas apa yang telah dibuang. Berkaitan dengan tanggungjawab dari permasalahan persampahan di Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan inovasi persampahan di Kota Bandung secara partisipatoris. Sejumlah program yang telah dilakukan antara lain; gerakan cikapundung bersih, komunitas bank sampah warga di 10 TPA, Bank Sampah Pegawai, gerakan pungut sampah (GPS), pahlawan orang bandung (Prabu), Gerakan Cinta Bandung Bersih dan Hijau, penyediaan infrastruktur (mobil pencacah sampah, biodigester, tempat sampah, truk sampah), penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Outsourcing tenaga kebersihan, mesin press sampah, serta Pembentukan Kawasan Bebas Sampah (KBS). Semua inovasi diatas tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa dukungan perilaku yang baik dan partisipasi masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua rumusan masalah terkait perilaku masyarakat yakni 1) Bagaimana pengaruh pengetahuan dan perilaku warga Kecamatan Coblong, Kota Bandung dalam menyikapi sampah rumah tangga terhadap akumulasi sampah rumah tangga? 2) Faktor apayang menjadi motivasi terbesar warga untuk ikut berpartisipasi dalam pemilahan sampah? Satu kajian sebelumnya menyimpulkan bahwa pengetahuan konsumen terhadap pentingnya mengonsumsi produk ramah lingkungan berpengaruh pada daya beli konsumen terhadap satu produk (Niarie Dwi Jayanti:2013). Penelitian lain menyimpulkan berbeda yakni bahwa terdapat hubungan searah antara kebiasaan rumah tangga dalam menggunakan produk sekali pakai dengan banyaknya sampah kering setiap kali dibuang, jika kebiasaan menggunakan kembali produk sekali pakai makin dikurangi maka sampah kering pun berkurang (Qustan Abqary Hisan : 2006).

Era modern menstimulasi perilaku konsumsi manusia, maka itu modernitas juga membawa sejumlah konsekuensi tercemarnya lingkungan. Menurut Skinner (1938: 8-9) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus eksternal. Skinner menyatakan bahwa stimulus yang mempengaruhi perilaku dapat berasal dari kejadian masa lalu, kondisi lingkungan fisik dan dorongan sosial dimana manusia tumbuh, respon yang tidak disengaja, maupun dorongan berupa reinforcement (penguatan eksternal). Perilaku dalam pandangan Skinner mencakup berpikir, pemahaman terhadap sesuatu dan tindakan. Dalam penelitian ini perilaku didefinisikan sebagai tindakan yang sudah dilakukan. Beberapa variabel yang menurut Skinner mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan, kemauan untuk melakukan sesuatu dan motivasi. Maka itu, penelitian ini mengukur pengetahuan, perilaku, dan akumulasi sampah warga di Kecamatan Coblong untuk mencari hubungan antar variabel dan menjelaskan pola perilaku terhadap sampah oleh warga di Kecamatan Coblong.

Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan analisis uji beda, penelitian ini mengungkap sejumlah kesimpulan. Uji beda adalah metode analisis kuantitatif untuk menguji signifikansi perbedaan ratarata hitung yang hanya mencakup satu klasifikasi atau satu variabel independen saja. Dalam konteks penelitian ini uji beda dipakai untuk mengetahui perbedaan akumulasi sampah pada warga dengan variasi perilaku dan pengetahuan terhadap sampah berbeda. Responden dari penelitian ini adalah 125 warga di Kecamatan Coblong sebagai salah satu kecamatan terpadat di Kota Bandung.

Dari hasil pengumpulan dan analisis data, penelitian ini menyimpulkan empat hal. Pertama,tidak ada perbedaan volume sampah pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pengelolaan sampah dan responden yang tidak memiliki pengetahuan baik tentang pengelolaan sampah. Kedua, terdapat perbedaan volume sampah antara responden yang berperilaku tidak memilah sampahnya dan responden yang memilah sampahnya antara sampah organik dan anorganik. Mereka yang memilah sampah kecenderungan volume sampahnya lebih sedikit. Ketiga, pengetahuan tentang pengelolaan sampah berpengaruh pada perilaku warga dalam mengelola sampah. Keempat, terdapat tiga faktor yang memotivasi pengelolaan sampah dalam Bank sampah yakni ekonomi, dorongan sosial dan kesadaran pada lingkungan. Kesimpulan akhir juga menangkap bahwa fasilitasi yang berkelanjutan dalam Bank Sampah merupakan hal yang paling menentukan dalam keberhasilan Bank Sampah karena tidak ditemukan inisiasi dari masyarakat di lokus penelitian dalam pengelolaan Bank Sampah.

Dari keempat kesimpulan tersebut para peneliti merekomendasikan kepada segenap aparat Pemerintah Kota Bandung yang berwenang dalam pengelolaan sampah agar menstimulasi adanya Bank Sampah di setiap Kelurahan Kota Bandung dengan mempersiapkan SDM fasilitator Bank Sampah yang berkompeten di setiap kelurahan. Sebab, dari hasil pengumpulan data, terdapat komunitas Bank Sampah yang mati di Kelurahan Lebak Siliwangi sehingga sampah anorganik yang sudah dipisahkan tidak terangkut. Bank sampah merupakan salah satu inovasi pelayanan publik di bidang persampahan yang paling strategis karena dilakukan dengan metode partisipatoris yang dapat mengedukasi pola pikir warga terhadap sampah dan lingkungan berkelanjutan. Bank Sampah di setiap kelurahan ini merupakan salah satu tindakan yang lebih memiliki dampak jangka panjang daripada menyediakan SDM untuk membersihkan dan mengangkut sampah di lingkungan sekitar warga. Pemilahan sampah mengurangi volume sampah. Dari hasil wawancara diketahui bahwa antusiasme warga cukup tinggi namun mereka memerlukan fasilitator yang mendampingi mereka untuk mengolah dan mengangkut sampah menjadi output yang lebih berguna.

 

Berkas Unduhan

No Judul Total Akses Unduh
1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN MAGANG BAGI CALON PEMIMPIN APARATUR PADA INSTITUSI BERTARAF INTERNASIONAL 264 Public Unduh